Biladiperhatikan, kata 'manusia' yang dalam bahasa Arab berasal dari kalimat nisyan dengan jamaknya Al-Insaan memiliki makna pelupa. Hal ini menunjukkan bahwa pada prinsipnya manusia itu suka lupa, lalai, salah, dan khilaf. Karena itu, benarlah bila dikatakan, manusia itu tempatnya salah dan lupa. Dosa besar. Bila berbicara masalah dosa dan kesalahan, manusia tentunya pernah berbuat dosa yang kecil dan dosa besar. Dosa-dosa atau kesalahan yang diperbuat itu antara lain adalah berdusta Berdasarkanmakna Hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa konsekuensi berbuat suatu kesalahan yaitu menuntut adanya perbaikan. Perbaikan disini dimaknai dengan sikap taubat. Makna taubat sejatinya adalah menyesali terhadap dosa-dosa yang diperbuat, memohon ampun pada Allah dan berkomitmen untuk tidak terjerumus pada lubang kesalahan yang sama. ManusiaTak Luput Salah dan Dosa, Ini 5 Syarat Bertaubat. Suandri Ansah Kamis, 24 Maret 2022 - 20:00 WIB. Ilustrasi. Foto: LANGIT7.ID, Jakarta - Semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, sebab manusia tempatnya luput dan salah. Namun, dibanding kesalahan manusia, rahmat dan pengampunan Allah sangatlah besar. Pengetahuantentang tata pergaulan adalah salah satu hal yang penting diketahui untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, kepada sesama manusia umumnya. Realitas sosial menunjukkan bahwa hubungan antara sesama umat manusia saat ini sudah mulai buruk dan cenderung kurang manusiawi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang tata perlu untuk Akan datang suatu zaman kepada manusia, barang siapa tidak mempunyai yang kuning (uang emas) dan yang putih (uang perak), maka tidak akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupan." (H.R. Ath-Thabrani dalam al-Kabir 17415 (20/278). Kesemua hadis-hadis tersebut adalah dhaif kerana perawi-perawinya bermasalah. Rujuk snapshot di bawah. KHAhmad Kosasih MAg Pimpinan Dewan Syariah Daarul Qur'an Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Banyak hadis-hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) yang khusus membicarakan tentang keutamaan bulan diturunkannya Al-Qur'an ini. Pada bulan Ramadban, Nabi Muhammad SAW menginformasikan bahwa pintu-pintu surga akan dibuka selebar-lebarnya, pintu-pintu HaditsArbain nomor 37 (tiga puluh tujuh)Ibnu 'Abbas ra. berkata, Rasulullah bersabda meriwayatkan firman Allah, "Sesungguhnya Allah mencatat amal baik dan buruk. Kemudian Dia menjelaskan, "Barangsiapa yang ingin melakukan kebaikan tetapi belum melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh. qDk5. Source ini, banyak orang mengalami masalah dalam hidupnya. Salah satu masalah yang sering dihadapi manusia adalah dosa. Dosa bisa datang dari berbagai hal, baik itu perbuatan, perkataan, atau pikiran. Namun, sebagai umat muslim, kita memiliki ajaran yang dapat membantu kita untuk mengatasi dosa ini, yaitu hadits tentang manusia tempatnya salah dan itu Hadits?Source membahas hadits tentang manusia tempatnya salah dan dosa, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu hadits. Hadits adalah salah satu sumber ajaran islam selain Al-Quran. Hadits merupakan perkataan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai pedoman hidup umat muslim. Hadits dipercayai sebagai sumber ajaran islam yang dapat dijadikan sebagai panduan hidup sehingga banyak orang yang menghafal dan tentang manusia tempatnya salah dan dosa merupakan salah satu ajaran islam yang sangat penting. Dalam hadits ini, disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang tempatnya penuh dengan kesalahan dan dosa. Sehingga, kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan yang menyebabkan ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam salah satu riwayatnya. Berikut adalah kutipan hadits tersebut“Kullu bani Adam khataa, wa khairu khataa inna at-tawwaboon”Artinya “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertobat”.Hadits ini memang sangat tepat sekali. Kita sebagai manusia, tidak mungkin terlepas dari kesalahan dan dosa. Namun, yang menjadi penting adalah bagaimana kita merespons kesalahan tersebut. Kita harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan yang menyebabkan Harus Selalu Berusaha untuk Memperbaiki DiriSource tentang manusia tempatnya salah dan dosa, juga mengajarkan kita pentingnya untuk selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri agar tidak terjebak dalam perbuatan yang menyebabkan dosa. Seperti yang dikatakan dalam hadits“Innama al amalu binniyat”Artinya “Setiap amalan tergantung pada niatnya”.Hadits di atas mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan harus didasarkan pada niat yang baik. Dengan melakukan perbuatan yang didasarkan pada niat yang baik, kita dapat memperbaiki diri kita dan menghindari perbuatan yang menyebabkan Perbuatan yang Menyebabkan DosaSource tentang manusia tempatnya salah dan dosa, juga mengajarkan kita pentingnya untuk menghindari perbuatan yang menyebabkan dosa. Seperti dalam hadits berikut“La taqnatuu min rohmatillah”Artinya “Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah”.Hadits di atas mengajarkan kita bahwa meskipun kita terjebak dalam perbuatan yang menyebabkan dosa, kita tidak boleh putus asa dari rahmat Allah SWT. Kita harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan yang menyebabkan Manusia yang BaikSource tentang manusia tempatnya salah dan dosa, juga mengajarkan kita pentingnya untuk menjadi manusia yang baik. Kita harus selalu berusaha untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Seperti dalam hadits berikut“Inna mal a’malu bin niyyati, wa inna malikulli imri’in ma nawa”Artinya “Setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakannya”.Hadits di atas mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan harus didasarkan pada niat yang baik. Dengan melakukan perbuatan yang didasarkan pada niat yang baik, kita dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia. Dan sebagai manusia yang berakhlak mulia, kita dapat menghindari perbuatan yang menyebabkan Perilaku yang Menghindari DosaSource memahami hadits tentang manusia tempatnya salah dan dosa, kita harus selalu berusaha untuk menghindari perbuatan yang menyebabkan dosa. Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang dapat membantu kita menghindari dosaPerilakuKeteranganBerdoa dan berzikirBerdoa dan berzikir dapat membantu kita menghindari perbuatan yang menyebabkan diriKita harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri agar tidak terjebak dalam perbuatan yang menyebabkan lingkungan yang tidak baikMemiliki lingkungan yang baik dapat membantu kita untuk menghindari perbuatan yang menyebabkan godaanKita harus selalu berusaha untuk menghindari godaan agar tidak terjebak dalam perbuatan yang menyebabkan tentang manusia tempatnya salah dan dosa merupakan salah satu ajaran islam yang sangat penting. Dalam hadits ini, disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang tempatnya penuh dengan kesalahan dan dosa. Sehingga, kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan yang menyebabkan harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri, menghindari perbuatan yang menyebabkan dosa, dan menjadi manusia yang baik. Dalam memperbaiki diri, kita harus selalu berdoa dan menghindari lingkungan yang tidak baik. Dan yang paling penting, kita tidak boleh putus asa dari rahmat Allah video of Hadits tentang Manusia Tempatnya Salah dan Dosa Menjadi manusia yang bersih tanpa memiliki dosa sedikit pun mungkin bisa dikatakan mustahil, dan sulit untuk ditemukan, kecuali orang-orang pilihan yang memang Allah kehendaki, atau orang yang memang Allah jaga dari segala perbuatan maksiat dan kesalahan. Selain mereka sebagai makhluk yang oleh Allah diberi nafsu dan akal, melakukan kesalahan seperti hal fitrah yang pasti dilakukan oleh manusia. Mengingat, salah satu kalam populer dalam Islam, yaitu “manusia adalah tempatnya salah dan dosa”. Meski, tidak semua manusia melakukan maksiat dengan tujuan melanggar aturan dan menerobos koridor syariat Islam, sebagian dari mereka ada yang melakukan maksiat karena tidak disengaja, meski ada juga yang melakukannya dengan sengaja dan nyata. Semua umat Islam sepakat bahwa tindakan paling dibenci dan tidak diridhai oleh Allah adalah melakukan maksiat dan beberapa kesalahan lainnya. Maksiat dalam pembahasan ini adalah setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat Islam, baik dengan cara meninggalkan kewajiban, atau dengan mengerjakan setiap larangan. Atau, bisa juga diartikan setiap pekerjaan yang mampu menghalangi kedekatan seorang hamba dengan Allah swt. Melakukan maksiat atau melanggar syariat Islam tentu memberikan dampak yang sangat buruk bagi umat manusia, dampak itu, misalnya seperti lupa pada kebenaran dan kesalahan. Ia tidak bisa membedakan keduanya. Bahkan ia cenderung lebih dominan melakukan kesalahan. Pernyataan tegas ini sebagaimana disampaikan oleh Syekh Muhammad Muflih Syamsuddin al-Muqdisi wafat 763 H, dalam salah satu kitabnya إنَّ الْعَبْدَ إذَا أَذْنَبَ نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ثُمَّ إذَا أَذْنَبَ نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ حَتَّى يَبْقَى أَسْوَدَ مُرْبَدًّا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا. Artinya, “Sungguh apabila seorang hamba melakukan dosa, maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, kemudian jika melakukan dosa kembali maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, sampai hatinya tersisa menjadi hati hitam selamanya, ia tidak akan mengetahui kebenaran, ia juga tidak akan ingkar pada kemungkaran.” Syamsuddin al-Muqdisi, al-Adabusy Syar’iyah, [Darul Alam 1999], juz I, halaman 188. Al-Arif billah Imam Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim, atau yang lebih dkenal dengan sebutan Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari memberikan penjelasan lebih detail tentang penjelasan di atas. Menurutnya, titik hitam yang Allah tulis dalam hati ketika melakukan dosa bagai pakaian putih yang terkena kotoran hitam. Badan seseorang laksana pakaian putih, sedang kotoran hitam bagai titik hitam tersebut. Jika saat itu langsung dibersihkan dan dicuci, maka dengan gampang kotoran itu dapat dihilangkan. Namun jika ditahan, bahkan tidak pernah mencucinya, maka bukan tidak mungkin baju yang awalnya putih menjadi hitam dan tidak seorang pun yang senang memakainya. Begitu juga dengan manusia, ketika ia melakukan dosa, kemudian membersihkan dosanya dengan bertobat kepada Allah, maka titik hitam dalam hatinya akan dihapus. Namun jika ditahan sampai satu bulan, satu tahun, atau bahkan selamanya, bukan tidak mungkin hatinya akan menjadi hati hitam. Dampaknya akan lupa pada kebenaran, dan semua kehidupannya serba maksiat dan kesalahan. Ibnu Athaillah, Tajul Arus al-Hawi li Tahdzibin Nufus, [Bairut, Darul Kutubil Ilmiah, Lebanon 2015], halaman 31. Dampak dosa yang didapatkan sebab maksiat memang sangat buruk. Bahkan semua yang mereka lakukan adalah tindakan yang menutupi hati mereka. Rohani yang suci sudah dikalahkan oleh nafsu yang buta akan kebenaran. Dalam keadaan seperti ini, dalam Al-Qur’an Allah menegaskan كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. كَلا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ. ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ Artinya, “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka 14. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Tuhannya 15. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.” QS Al-Mutaffifin 14-16. Syekh Abdul Hamid wafat 1417 H dalam salah satu tafsirnya mengatakan bahwa banyaknya dosa yang dilakukan seorang hamba, tidak hanya berpengaruh pada dirinya dalam hal ibadah, lebih dari itu juga berpengaruh pada potensinya di masa yang akan datang. Menurutnya, ayat 14 pada surat Al-Mutaffifin di atas menjelaskan tentang dosa yang dilakukan secara terus-menerus, ia tidak memberikan jeda sedikit pun dengan melakukan tobat. Akibatnya, kebiasaan buruk itu akan tertanam dalam hatinya, melekat dalam jiwanya, dan akan menjadi watak, sehingga ia akan terhalang dari manisnya ketaatan.” Abdul Hamid, ar-Rihabut Tafsir, [Darul Qahirah, Mesir 2010], juz VII, halaman 231. Jika ditelusuri lebih dalam, penyebab timbulnya dosa dari melakukan maksiat adalah tergantung bagaimana umat Islam menjaga hatinya. Jika hatinya terlepas dari berbagai penyakit tercela mazmumah dan penyebab kerusakan hati lainnya, tentu akan sangat berat baginya untuk bisa diajak melakukan maksiat dan ringan melakukan ketaatan. Akan tetapi, jika dalam hatinya ada yang bermasalah, maka bukan tidak mungkin, bahkan rusaknya hati menjadi penyebab paling urgen dalam melakukan dosa. Lantas apa saja penyebab rusaknya hati? Sayyid Ahmad Bilal al-Bustani ar-Rifa’i al-Husaini merekam perkataan Imam Hasan Basri perihal beberapa penyebab rusaknya hati. Dalam kitabnya disebutkan اِنَّ فَسَادَ الْقَلْبِ مِنْ سِتَّةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا يُذْنِبُوْنَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ، وَيَتَعَلَّمُوْنَ العِلْمَ وَلَايَعْمَلُوْنَ، وَاِذَا عَمِلُوا لَايُخْلِصُوْنَ، وَيَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللهِ وَلَايَشْكُرُوْنَ، وَلَا يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللهِ، وَيَدْفَنُوْنَ مَوْتَاهُمْ وَلَا يَعْتَبِرُوْنَ Artinya, “Sungguh rusaknya hati disebabkan enam hal, 1 terus menerus melakukan dosa dengan harapan tobat; 2 belajar ilmu dan tidak mengamalkannya; 3 jika beramal tidak ikhlas; 4 memakan rizki Allah dan tidak bersyukur; 5 tidak ridha dengan pembagian Allah; dan 6 mengubur orang mati dari mereka, namun tidak mengambil pelajaran.” Ahmad Bilal al-Bustani, Farhatun Nufus, [Bairut, Darul Kutubil Ilmiah, Lebanon 2015], halaman 43. Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari menjelaskan lebih detail perihal dampak-dampak dari dosa yang dilakukan seorang hamba, dan bisa disimpulkan menjadi dua bagian; 1 dampak secara nyata dhahir. Misalnya, merusak kesepakatan dengan Allah swt. Artinya, dengan melakukan dosa, seorang hamba sudah menerjang janji yang sudah Allah berikan kepadanya, seperti mengerjakan semua kewajiban-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Dampak yang lain seperti akan semakin berani untuk menampakkan pekerjaan-pekerjaan yang diridhai oleh Allah, malas dalam beribadah, hilangnya cahaya hidayah darinya; dan 2 dampak secara batin. Misalnya, menjadikan hati keras, dengan tidak bisa menerima nasihat-nasihat baik, hilangnya rasa manis dari ketaatan, dan jiwanya dikuasai oleh nafsu-nafsu setan, serta akan lupa pada akhirat dengan segala akuntasi yang akan ia hadapi kelak. Menurut Ibnu Athaillah, semua ini akan terjadi pada diri orang-orang yang melakukan maksiat. Seharusnya, tanpa adanya dampak-dampak yang telah disebutkan sekali pun, bahkan hanya sekadar berganti nama, misalnya dari predikat orang yang taat menjadi orang yang hianat, sudah sangat cukup untuk memberikan kesadaran bahwa dosa memang sangat buruk pada diri manusia. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Athaillah وَلَوْ لَمْ يَكُنْ فِي المَعْصِيَةِ اِلَّا تَبَدُّلُ الْاِسْمِ لَكَانَ كَافِيًا، فَاِنَّكَ اِذَا كُنْتَ طَائِعًا تُسَمَّى بِالْمُحْسِنِ المُقْبِلِ، وَاِذَا كُنْتَ عَاصِيًا اِنْتَقَلَ اسْمُكَ اِلَى المُسِيْئِ المُعْرِضُ Artinya, “Jika seandainya dalam maksiat tidak ada dampak selain perubahan nama, maka hal itu sudah sangat cukup; maka sesungguhnya, jika engkau adalah orang yang taat, dan dinamai orang baik yang menghadap Allah, dan jika engkau bermaksiat, maka namamu berubah menjadi orang jelek yang berpaling.” Ibnu Athaillah, Tajul Arus al-Hawi li Tahdzibin Nufus, 2015, halaman 44. Jika dengan perubahan nama saja seharusnya memberikan kesadaran bahwa dosa memang sangat buruk bagi diri manusia, lantas bagaimana jika perubahan itu sampai merubah kenyamaan rasa taat menjadi kenyamanan maksiat dan kenyamanan bermunajat berganti menjadi budak syahwat? Ini masih dalam persoalan dampak, lain lagi jika sampai berdampak pada sikap. Jika sikap awalnya adalah orang yang baik muhsin berbalik menjadi orang yang jelek musi’. Dan semoga oleh Allah selalu dijauhi, jika dengan melakukan dosa bisa berdampak pada hilangnya derajat mulia di sisi Allah menjadi orang yang sangat hina? Oleh karenanya, sebagai umat Islam harus selalu memohon pertolongan kepada Allah, agar dijauhi dari berbagai penyakit-penyakit hati yang bisa menggerogoti keimanan yang telah tertanam dalam hati, juga memohon agar kenyamanan taat tidak hilang dan diganti menjadi kenyamanan maksiat. Derajat yang sudah diraih di sisi Allah tidak sampai diturunkan, minimal jika tidak bisa berupaya untuk semakin meninggikan derajat di sisi-Nya dengan selalu menambah ketaatan, tidak turun dengan adanya kemaksiatan. Artinya, sebisa mungkin maksiat tidak dilakukan, karena bisa menjadi penyebab hilangnya derajat mulia yang telah diraih di sisi Allah. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam, Durjan, Kokop, Bangkalan, Jawa Timur. 1. Janganlah memandang kecil kesalahan dosa tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. HR. Aththusi 2. Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian cobaan. Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. HR. Ad-Dailami 3. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya. HR. Ad-Dailami 4. Celaka orang yang banyak zikrullah dengan lidahnya tapi bermaksiat terhadap Allah dengan perbuatannya. HR. Ad-Dailami 5. Barangsiapa mencari pujian manusia dengan bermaksiat terhadap Allah maka orang-orang yang memujinya akan berbalik mencelanya. Ibnu Hibban 6. Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya. HR. Tirmidzi dan Al Hakim 7. Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” Mashabih Assunnah 8. Apabila suatu kesalahan diperbuat di muka bumi maka orang yang melihatnya dan tidak menyukainya seolah-olah tidak hadir di tempat, dan orang yang tidak melihat terjadinya perbuatan tersebut tapi rela maka seolah-olah dia melihatnya. HR. Abu Dawud 9. Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah. HR. Abu Ya’la 10. Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun pada kenyataannya mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. HR. Ath-Thabrani 11. Jangan menyiksa dengan siksaan Allah artinya menyiksa dengan api. HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi 12. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya di dunia dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat. HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi 13. Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt dalam surat Al An’am ayat 44 “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.” HR. Ahmad dan Ath-Thabrani 14. Sayyidina Ali Ra berkata “Rasulullah menyuruh kami bila berjumpa dengan ahli maksiat agar kami berwajah masam.” HR. Ath-Thahawi 15. Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku Rasulullah Saw, aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. 1 Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. 2 Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. 3 Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. 4 Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. 5 Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. HR. Ahmad dan Ibnu Majah 16. Tiada seorang berzina selagi dia mukmin, tiada seorang mencuri selagi dia mukmin, dan tiada seorang minum khamar pada saat minum dia mukmin. Mutafaq’alaih Penjelasan Ketika seorang berzina, mencuri dan minum khamar maka pada saat itu dia bukan seorang mukmin. 17. Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali. Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berucap palsu. Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya. Mutafaq’alaih 18. Rasulullah Saw melaknat orang yang mengambil riba, yang menjalani riba dan kedua orang saksi mereka. Beliau bersabda “Mereka semua sama berdosanya”. HR. Ahmad 19. Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau lalu menjawab, “Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. HR. Ahmad dan Ath-Thabrani 20. Tiap minuman yang memabukkan adalah haram baik sedikit maupun banyak. HR. Ahmad 21. Allah menyukai keringanan-keringanan perintahNya rukhsah dilaksanakan sebagaimana Dia membenci dilanggarnya laranganNya. HR. Ahmad 22. Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya artinya, merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina. HR. An-Nasaa’i dan Ahmad SIAPA di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Siapa di antara kita yang tidak pernah bersalah terhadap Tuhannya? Dan apakah engkau mengira, kesalahan-kesalahan kita hanya kita sendiri yang melakukannya dan belum pernah dilakukan orang lain? Sama sekali tidak. Sehari pun kita tidak bisa seperti malaikat yang sama sekali tidak pernah berbuat maksiat terhadap Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Akan tetapi kita adalah manusia yang sangat mungkin berbuat kesalahan. Setiap hamba Allah yang shalih yang pernah engkau temui, pastilah ia pernah berbuat kesalahan dan dosa. BACA JUGA Benarkah Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa? Ibnu Mas’ud berkata kepada para sahabat yang mengikutinya, “Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku, tentulah kalian akan melempariku dengan batu,” Rasulullah bersabda, “Jikalau kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikanmu dengan suatu kaum yang pernah berbuat dosa, hingga mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka,” HR. Muslim. Kita tak akan luput dari kesalahan-kesalahan tersebut bahkan kita tidak bakal terhindar darinya. Karena itu, marilah kita usir setan dengan istighfar yang bersumber dari hati kita atas kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita yang telah lalu. BACA JUGA Kebaikan dan Dosa, Mintalah Fatwa pada Hatimu Marilah kita perbaiki taubat kita kepada Allah. Hendaknya taubat kita benar-benar bersumber dari hati yang bersih, hingga sesuai dengan firman Allah, “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi,” Al-A’raf 23.[] Sumber Tazkiyyatun Nufus 13 Ayat Tentang Taubat Dan Terjemahannya – Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Tidak ada manusia yang benar-benar bersih dan suci. Oleh karena itu, Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang memberikan kesempatan kepada setiap hamba-Nya untuk selalu membersihkan dosa-dosa dari segala kesalahan dengan cara bertaubat. Bertaubat tidak hanya dilisan yang cukup diucapkan dengan istighfar saja, tetapi juga dengan penyesalan dan tekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi atau bertaubat secara total dengan sebenar-benar taubat Taubatan Nasuha Pengertian Taubat Taubat secara bahasa artinya kembali. Sedangkan menurut istilah taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dari segala perbuatan dosa yang pernah dilakukannya, baik secara sengaja maupun tidak disengaja, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Syarat taubat Agar taubat diterima oleh Allah SWT., maka harus memenuhi syarat-syarat berikut ini 1. Ikhlas karena Allah Ta’ala Taubatnya dilakukan dengan penuh keikhlasan semata karena Allah. Bukan karena riya’, nama baik, takut kepada makhluk ataupun mengharap suatu urusan duniawi yang ingin diraihnya. Jika taubat dilakukan hanya karena Allah, karena takut akan siksaan dan adzab-Nya serta hanya mengharap keridhoan-Nya, berarti ia telah ikhlas untuk bertaubat. 2. Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan Setelah ikhlas bertaubat karena Allah, maka syarat selanjutnya adalah menyesali perbuatan dosa yang dilakukannya. Menyesali dan bersedih hati atas perbuatan yang telah dilakukan dan memandangnya sebagai suatu perkara besar yang wajib ditinggalkan. 3. Tidak lagi melakukan dosa tersebut Artinya berhenti total dari perbuatan dosa yang telah dilakukan. Bila dosanya tersebut berupa tindakannya meninggalkan hal-hal yang wajib, maka setelah taubat ia harus melakukannya dan berusaha semaksimal mungkin untuk membayarnya. Namun jika dosanya tersebut berupa tindakan melakukan sesuatu yang diharamkan, maka ia harus cepat berhenti total, menjauhinya dan tidak kembali lagi pada perbuatan tersebut. Termasuk juga, bila dosa yang dilakukan terkait dengan sesama makhluk, maka dia harus memberikan hak-hak mereka atau meminta dihalalkan darinya. 4. Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi Berjanji dan bertekad di dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat yang telah bertaubat dari perbuatan itu. 5. Taubat terjadi pada waktu yang diperkenankan Jika taubat terjadi setelah lewat waktu yang diperkenankan, maka taubatnya tidak diterima. Lewatnya waktu yang diperkenankan tersebut dapat bersifat umum dan dapat pula bersifat khusus. Waktu yang bersifat umum adalah saat matahari terbit dari arah terbenamnya. Adapun waktu secara khususnya yaitu saat ajal tiba, ketika ajal telah sampai dikerongkongan, maka taubatnya tidak diterima. Ayat Al-Qur’an Tentang Taubat Dalam Al-Qur’an banyak sekali Allah menyinggung tentang taubat. Namun dalam kesempatan ini, catatanmuslimah hanya memberikan 13 ayat yang berkaitan dengan taubat. Berikut ayat-ayat dan terjemahannya. Surat Al-Baqarah ayat 128 Artinya “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan jadikanlah diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang“. Surat Al-Baqarah ayat 222 Artinya “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri“. Artinya “Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat“. Artinya “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana“. Artinya “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih“. Artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar“. Artinya “Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, yaitu bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Surat At-Taubah ayat 11 Artinya “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui“. Artinya “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“. Artinya “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu mengampuni bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki dirinya, sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. Artinya “Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya“. Artinya “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan“. Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab neraka yang membakar“. Itulah ringkasan singkat mengenai pengertian dan syarat taubat serta 13 Ayat Al-Qur’an Tentang Taubat Dan Terjemahannya. Semoga dapat membantu bagi yang membutuhkan dan bermanfaat bagi kita semua. Salam ukhuwah 🙂

hadits tentang manusia tempatnya salah dan dosa