JejakHadits Dalam Kitab IHYA’. Mendengar nama Al-Ghazali, yang muncul dalam benak kita bukanlah sosok seorang laki-laki, melainkan kumpulan tokoh-tokoh yang mumpuni dan kredibel dalam berbagai bidang yang berbeda. Al-Ghazali adalah ulama ushul; seorang faqih, imam dan pejuang ahlussunnah dalam bidang teologi, seorang budayawan yang
Darihasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Apa Pesan Dakwah K.H. Abdul Ghofur Dalam Kajian Kitab Ihya’ Ulumuddin tema “Tawakal” Di YouTube Persada Sunan Drajat Lamongan. dapat disimpulkan menjadi tiga kategori yaitu akidah dari pesan dakwah yang disampaikan K.H. Abdul Ghofur kategori akidah, lebih banyak mengulas tentang
K itab ini mempunyai keistimewaan yang tersendiri. keistimewaan kitab ini bermula sejak waktu menyusunnya lagi. al-ghazali mengambil tempat di sebuah sudut masjid tersebut (masjid umawi) kerana di dalam masjid inilah terdapat perpustakaan yang besar dalam negara Islam. sepanjang masa penyusunan, al-ghazali terus menerus mengendalikan nafsunya dengan kehidupan yang
8 Ihya’ Ulumuddin. Kitab yang cukup terkenal dan menjadi salah satu rujukan sebagian kaum muslimin di Indonesia. Para ulama terdahulu telah berkomentar banyak tentang kitab ini, di antaranya: Abu Bakar Al Thurthusi berkata, “Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya’ dengan kedustaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalamkitab Ihya>’ ‘Ulu>muddi>n sendiri ada beberapa ayat al-Qur‟an yang dikutip oleh Imam al-Ghazali yang membahas dan menjelaskan mengenai adab membaca al-Qur‟an, seperti QS. Ali Imran ayat 191, QS. Ihya’ ‘Ulumuddin, adab membaca al-Qur‟an: Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir : Divisions:
TimSMcom1. - Rabu, 13 April 2022 | 10:12 WIB. Kitab Ihya Ulumuddin Referensi Utama Studi Ilmu Tasawuf. ( dok) ABAD ke-5 Hijriyah telah melahirkan seorang pemikir besar Islam yang berjuluk ’Hujjatul Islam ’, yaitu Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghozali. Lahir di Kota Thus, Persia, tahun 450 Hijriyah, dan meninggal pada
Keterangandan dalil yang disajikan oleh Kiai Hasyim merujuk pada kitab-kitab besar yang berjilid-jilid seperti al-Umm karya Imam Syafii dan Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Ghozali. Tak Cuma itu, Dalam kitab ini beliau selalu menyertakan ayat-ayat Al-Quran dan Hadist-Hadist nabi yang beliau jadikan sebagai landasan atas setiap pemikiran yang
1ntxSqT. - Pada suatu petang, Abul Hasan Ali bin Harzahim tampak sibuk. Lelaki tawaduk bertubuh kekar itu mondar-mandir di depan tempat tinggalnya. Perasaan ganjil menyergapnya. Air mukanya tidak tenang, napasnya tak teratur. Sesekali ia memegang janggutnya yang mulai tiga hari ia dirundung kekalutan. Musababnya ia mendapati kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali, yang berdasarkan telaah dan penelitiannya, penuh dengan hadis daif dan tidak begitu kuat keaslian sanad dan matannya. Kekalutan itu mendorongnya pada sebuah keputusan untuk memusnahkan salinan kitab segera mengumumkan kepada penduduk kota, siapa saja yang memiliki salinan kitab Ihya Ulumiddin harus dikumpulkan di balai pertemuan. Mula-mula banyak yang menolak. Namun, karisma, kealiman, dan kezuhudan Abul Hasan Ali bin Harzahim akhirnya membuat mereka menaati pengumuman tersebut. Penduduk berbondong-bondong menyerahkan naskah kitab Ihya Ulumuddin yang mereka miliki. Saat naskah sudah terkumpul banyak, hari telah kian petang. Atas instruksinya, semua naskah akan dibakar keesokan harinya setelah salat malam belum begitu larut, tiba-tiba Abul Hasan Ali bin Harzahim merasa amat lelah. Engsel-engsel persendiannya terasa linu dan seolah hendak patah. Beberapa saat kemudian kantuk pun datang dan membuatnya terlelap. Ia bermimpi didatangi Rasulullah Hasan Ali bin Harzamin melihat Rasulullah bersama sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dan Abu Hamid Al-Ghazali, penulis kitab Ihya Ulumuddin, sebuah karya yang dalam tiga hari belakangan mengusik ketenangan ia hendak mendekat kepada Rasulullah, Al-Ghazali segera berkata, “Orang ini, Abul Hasan Ali bin Harzahim ini, membenci dan memusuhiku, ya Rasulullah. Jika memang masalahnya adalah sebagaimana yang ia sangka, maka tentu aku akan langsung bertobat. Tapi, jika tidak, maka bagiku berkahmu senantiasa untukku dan aku masuk ke dalam golongan hamba yang mengikuti sunnahmu.”Mendengar ucapan Al-Ghazali, Nabi Muhammad segera mengambil kitab Ihya Ulumuddin dan membukanya halaman demi halaman. “Demi Allah yang mengutusmu dan membimbingmu ke arah kebenaran, ini benar-benar sesuatu yang baik,” ucap Rasulullah. Saat itu juga turun perintah kepada Nabi Muhammad untuk membuka baju Abul Hasan Ali bin Harzahim, dan menghukumnya dengan cambukan karena fitnah dan tuduhannya terhadap Imam Al-Ghazali. Hukuman cambuk pun dilaksanakan. Pada cambukan kelima, Abu Bakar Ash-Shiddiq menginterupsi Rasulullah. Ia membelanya karena tak tega melihat Abul Hasan Ali bin Harzahim. “Demi Allah, Ya Rasulullah, Abul Hasan Ali bin Harzahim adalah orang yang telah menjaga hadis dan sunahmu. Ia menyangka ada penyelewengan yang menimpa hadismu. Sayangnya prasangkanya salah. Ia adalah hamba yang mulia,” ucap Abu Bakar. Cambukan dihentikan, hukuman diakhiri, dan saat itu pula Abul Hasan Ali bin Harzahim terjaga. Ia merasakan nyeri yang sangat di dada bagian kiri. Tidak ada bekas cambukan, tapi rasa sakitnya cukup lama. Kelak, rasa sakit itu hilang ketika suatu hari ia bermimpi kembali bertemu dengan Rasulullah yang mengusap-usap punggungnya. Infografik Hikayat I Love tasawuf. Pegangan Penganut Tasawuf Amali Cerita ini sangat populer diriwayatkan dalam pelbagai versi. Salah satunya diabadikan dalam kitab Ta'riiful Ahyāi bi fadhaailil Ihyaai 1987 karya Zainuddin Al-Iraqi. Dalam kitab tersebut ia menyatakan keunggulan Ihya Ulumuddin “Kitab tersebut termasuk kitab yang paling agung dalam persoalan pengetahuan halal dan haram. Ia menghimpun hukum-hukum perkara lahiriah, dan memberikan landasan pemahaman seluk baluk dan rahasia-rahasianya. Kitab ini mendedahkan mutiara-mutiara indah. Menggunakan metode-metode moderatisme karena mengikuti ucapan imam Ali, 'Sebaik-baik urusan umat ini adalah yang tengah-tengah, yang diikuti generasi selanjutnya dan orang yang berlebihan kembali padanya'." hlm. 9Kitab Ihya Ulumuddin yang sempat disangsikan oleh Abul Hasan Ali bin Harzahim sampai saat ini merupakan pegangan bagi kalangan penganut tasawuf amali. Melalui kitabnya, Al-Ghazali dinilai mampu mendamaikan rasionalisme disiplin ilmu kalam yang ortodoks dengan operasionalisasi fikih terapan dan argumentasi filsafat yang mumpuni. Kitab ini oleh para ulama dianggap sebagai penanda puncak keemasan disiplin ilmu tasawuf amali. Saking cemerlangnya Al-Ghazali, ada sebuah cerita yang menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa, dan ruh Imam Al Ghazali dipanggil untuk "dipamerkan". Rasulullah bertanya kepada Nabi Isa apakah di antara umatnya ada ulama yang seperti Al-Ghazali. “Tidak ada,” jawab Nabi Isa. “Ulamāu ummaty kaanbiyāi bani Isrāil,” demikian seloroh Nabi Muhammad yang artinya ulama-ulama di kalangan umatku setara dengan Nabi-nabi Bani Israel. Ungkapan bernada ejekan kemesraan itu menggambarkan kualitas kealiman dan kecemerlangan ulama-ulama dari kalangan umat Muhammad yang diwakili oleh Al-Ghazali.==========Sepanjang Ramadan, redaksi menampilkan artikel-artikel tentang kisah hikmah yang diangkat dari dunia pesantren dan tradisi Islam. Artikel-artikel tersebut ditayangkan dalam rubrik "Hikayat Ramadan". Rubrik ini diampu selama sebulan penuh oleh Fariz Alnizar, pengajar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan kandidat doktor linguistik UGM. - Sosial Budaya Penulis Fariz AlniezarEditor Irfan Teguh
Kitab Iḥya Ulūmiddin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali selanjutnya disebut al-Ghazali. Sesuai dengan arti dari judulnya, kitab Iḥya ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dianggapnya sudah terkubur. Oleh karena itu, wajar jika kitab tersebut banyak mencakup berbagai disiplin ilmu agama, khususnya yang membawa kebahagian di penuturannya, al-Ghazali menerangkan di awal kitab bahwa Iḥya terdiri dari empat rubu, pertama rubu al-ibadat, kedua rubu al-adat, ketiga rubu al-muhlikat, dan keempat rubu rubu ibadat merupakan pembahasan mengenai pengantar mengenai ilmu secara sistematis dan sederhana, ilmu Tauhid secara mendalam, dan rahasia-rahasia ibadah lengkap dengan sudut pandang rubu ini tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab al-Ilm, Qawaid al-Aqaid, Asrar al-Thaharah, Asrar al-Shalah, Asrar al-Zakah, Asrar al-Shiyam, Asrar al-Ḥajj, Tilawat al-Quran, al-Adzkar wa al-Daawat, dan Tartīb rubu al-Adat, al-Ghazali membicarakan mengenai adab-adab sehari-hari sampai kepada adab kenabian. Sebagaimana sebelumnya, pada rubu kedua juga tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Adab al-Akl, Adab al-Nikaḥ, Adab al-Sama, Adab al-Kasb, al-Ḥalal wa al-Haram, Adab al-Shuḥbah, al-Uzlah, Adab al-Safar, Adab al-Sama wa al-Wajd, al-Amr bi al-Marūf wa al-Nahy an al-Munkar, dan Akhlaq rubu al-Muhlikat, al-Ghazali mulai menyentuh sisi spritual dengan membahas keajaiban hati, metode riyadhah latihan spritual, serta pengkajian terhadap penyakit-penyakit spritual sesuai dengan al-Qur’ rubu ketiga ini, al-Ghazali juga mengemukakan sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Syarḥ Ajaib al-Qalb, Riyadhat al-Nafs, Afat al-Syahwatayn, Afat al-Lisan, Afat al-Ghadhb wa al-Hiqd wa al-Ḥasd, Dzam al-Dunya, Dzam al-Mal wa al-Nakhl, Dzam al-Jah wa al-Riya, al-Kibr wa al-Ujub, dan al-Ghurūr. Kemudian pada rubu al-Munjiyat, al-Ghazali membicarakan maqamat dan aḥwal para sufi sesuai dengan keterangan-keterangan yang bersifat syari dan aqli. Pada rubu keempat ini, juga terdapat sepuluh pembahasan yaitu Kitab al-Tawbah, al-Shabr wa al-Syukr, al-Khawf wa al-Raja, al-Faqr wa al-Zuhd, al-Tawḥid wa Tawakkul, al-Maḥabbah wa al-Syawq wa al-Ridha, al-Niyyah wa al-Shidq, wa al-Ikhlash, al-Muraqabah wa al-Muḥasabah, al-Tafakkur, dan Dzikr motivasi al-Ghazali menulis kitab Iḥya dengan sistematika seperti di atas dikarenakan dua hal -sebagaimana ia ungkapkan sendiri. Pertama, sistematika dan kajian demikian merupakan sesuatu yang dharuri penting. Ini dikarenakan ilmu yang bisa mengantarkan kepada pengetahuan tentang akhirat ada dua, yaitu ilmu muamalah dan mukasyafah. Al-Ghazali menegaskan bahwa kitabnya tersebut hanya bertujuan menyajikan ilmu muamalah agar mudah dipraktekkan secara ilmu mukasyafah hanya dibicarakan melalui simbolik dan isyarat saja, karena para Nabi juga tidak membicarakannya secara eksplisit. Namun terdapat korelasi antara dua ilmu ini, karena ilmu muamalah akan mengantarkan dan membuka khazanah ilmu kedua, keinginan al-Ghazali mengobati “penyakit spiritual” dan membimbing para penuntut ilmu Fiqih. Ini dikarenakan kebanyakan mereka cenderung kepada hasrat duniawi seperti suka pamer dan mencari kepopuleran. Dengan sistematika di atas terutama pada rubu al-Ibadah yang banyak menyentuh dunia fiqih, maka pengajaran spritual dapat mereka serap secara Kitab IḥyaIlmuwan pertama yang melakukan ikhtishar terhadap Iḥya adalah saudaranya sendiri Abu al-Futuḥ Aḥmad al-Ghazali 520 H.. Abu al-Futuḥ memberi judulnya dengan Lubab Iḥya. Setelah itu, langkah ini diikuti oleh Aḥmad bin Musa al-Mawshuli 622 H.. Begitu juga diteruskan oleh Muḥammad bin Said al-Yamani, Muḥammad bin Umar al-Balkhi, Abd al-Khatib al-Maraghi ketika berada di Bayt al-Muqdis, Muḥammad bin Ali al-Ajluni yang masyhur dengan nama al-Hilali, al-Suyuthi 911 H. dan A’ Selanjutnya Para Pengkaji Hadis-hadis dalam Kitab Ihya Ulumiddin Karya Al-Ghazali
Pengantar Kajian Ihya Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali merupakan khazanah tasawuf yang dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Selain karena pribadinya yang menonjol dan disebut-sebut sebagai mujaddid pembaharu dalam agama, juga karena uraian dalam Ihya dekat dengan alam dan kehidupan Muslim, seperti persoalan ritual, akhlak, maupun sosial. Sebagaimana dikatakan Imam Al-Ghazali, bahwa pembahasan dalam Ihya memang ditekankan dalam wilayah muamalah. Adapun yang dimaksud "muamalah" disini adalah ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin. Inilah posisi Ihya 'Ulumuddin yang membuatnya menjadi rujukan-awal yang penting dalam mengenal khazanah tasawuf, yakni sebagai jembatan yang menghubungkan aspek syariat lahir dengan aspek esoteris tasawuf dalam Islam. Ihya 'Ulumuddin terbagi dalam empat bagian besar kitab, atau dikenal sebagai rubu', dimana di dalam setiap rubu' terdiri atas 10 bab. Dan Kajian Ihya di bawah dikelompokan berdasarkan rubu'-rubu' yang terdapat dalam Ihya 'Ulumuddin. Adapun format kajiannya bisa berupa ringkasan suatu bab tertentu, cuplikan-cuplikan yang kami anggap penting, maupun kajian yang disertai referensi lain. Kami juga telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat di kitab tersebut, dan sekarang sedang dicoba untuk mengumpulkan atsar-atsar kisah hikmah para Nabi, para sahabat, atau yang lainnya untuk melengkapi kajian yang ada. Besar harapan kami untuk dapat mengkaji dan menampilkan seluruh bagian-bagian Ihya secara terperinci. Mudah-mudahan kami diberi rahmat dan kekuatan dari hari ke hari untuk menampilkannya di sini. Di dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali membagi pembahasan dalam empat bagian besar, atau rubu’, yang masing-masing terdapat 10 kitab didalamnya. Keempat rubu’ itu adalah Rubu’ Ibadah, terdiri atas 01 Kitab Ilmu, 02 Kitab Akidah, 03 Kitab Taharah, 04 Kitab Ibadah, 05 Kitab Zakat, 06 Kitab Puasa, 07 Kitab Haji, 08 Kitab Tilawah Quran, 09 Kitab Zikir dan Doa, dan 10 Kitab Tartib Wirid. Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas 11 Kitab Adab Makan, 12 Kitab Adab Pernikahan, 13 Kitab Hukum Berusaha, 14 Kitab Halal dan Haram, 15 Kitab Adab Berteman dan Bergaul, 16 Kitab Uzlah, 17 Kitab Bermusafir, 18 Kitab Mendengar dan Merasa, 19 Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, dan 20 Kitab Akhlaq. Rubu’ Al-Muhlikat Perbuatan yang Membinasakan, terdiri atas 21 Kitab Keajaiban Hati, 22 Kitab Bahaya Nafsu, 23 Kitab Bahaya Syahwat, 24 Kitab Bahaya Lidah, 25 Kitab Bahaya Marah, Dendam, dan Dengki, 26 Kitab Bahaya Dunia, 27 Kitab Bahaya Harta dan Kikir, 28 Kitab Bahaya Pangkat dan Riya, 29 Kitab Bahaya Takabbur dan Ujub, dan 30 Kitab Bahaya Terpedaya. Rubu’ Al-Munjiyat Perbuatan yang Menyelamatkan, terdiri atas 31 Kitab Taubat, 32 Kitab Sabar dan Syukur, 33 Kitab Takut dan Berharap, 34 Kitab Fakir dan Zuhud, 35 Kitab Tauhid dan Tawakal, 36 Kitab Cinta, Rindu, Senang, dan Ridha, 37 Kitab Niat, Jujur, dan Ikhlas, 38 Kitab Muraqabah dan Muhasabah, 39 Kitab Tafakur, dan 40 Kitab Mengingat Mati. Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali, atau yang dikenal sebagai Algazel di Dunia Barat Abad Pertengahan, adalah seorang tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dan kepakaran di bidang fiqh, ushul dan tasawuf. Beliau lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H 1058 M. Imam Al-Ghazali menuliskan Ihya 'Ulumuddin membahas ilmu-ilmu agama yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syams, Yerussalem, Hijaz dan Yus, yang merupakan kitab paling terkenal dan berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat. Tidak saja terkenal di kalangan Kaum Muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam. Kajian Ihya Terbaru intisari dan atsar ihya 'ulumuddin Rubu' 1 Ibadah Rubu' 2 Adat Kebiasaan Rubu' 3 Yang Membinasakan Rubu' 4 Yang Menyelamatkan Meletakkan Harapan Sabar Gerbang Kebaikan Menumbuhkan Kesabaran
Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.[1] Ihya Ulumuddin Mukhtasar Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi dari Ihya UlumuddinPengarangImam Al-GhazaliBahasaBahasa Arab dengan beragam terjemahanGenreTazkiyatun NafsPenerbitBeragamTanggal terbitcirca 500-an H 1100-an MDiikuti olehMinhajul Qashidin, dll
Kitab Ihya Ulumuddin adalah sebuah buku abad ke-11 yang ditulis oleh Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghazali, atau yang dikenal dengan sebutan Imam Ghazali. Buku ini disusun dalam bahasa Arab, didasarkan pada pengalaman religius pribadi, serta dianggap sebagai salah satu karya utama untuk mengantarkan muslim ke jalan menuju Tuhannya. Struktur Kitab Kitab ini dibagi menjadi empat bagian. Menjelaskan doktrin-doktrin dan praktik-praktik Islam yang menunjukkan ke tahap-tahap yang lebih tinggi dalam Sufisme. Bagian pertama membahas pengetahuan hukum dan esensi iman. Bagian dua membahas orang dan kebiasaan sosial. Bagian tiga didedikasikan untuk jiwa batin. Menjelaskan sifat-sifat buruk yang harus diatasi. Dan bagian empat membahas sifat-sifat terpuji yang harus dikuasai. Secara garis besar, isi kitab Ihya Ulumuddin dibagi menjadi empat bagian. Yaitu Rub’ul Ibadat, Rub’ul Adat, Rub’ul Muhlikat dan Rub’ul Munjiyat. Rub’ul Ibadat Berisi tentang kajian fiqih. Kitabul ilmi Kitabu Qowa’idul Aqaid Kitab Asraru al-Thaharah Kitab Asrar al-Shalat Kitab Asrar al-Zakat Kitab Asrar al-Shiyat Kitab Asrar al-Haj Kitab Adabu Tilawatil Qur’an Kitab al-Adzkar Kitab al-Da’awat Kitab Tartib al-Auwrad fil Auqat. Rub’ul Adat Berisi tentang adab / etika kepada Allah dan kepada makhluk. Kitab al-Akl Kitab Adab al-Nikah Kitab Ahkam al-Kasb Kitab al-Halal wal Haram Kitab Adab al-Suhbah wa al-Mu’asyarah ma’a Ashnaf al-Khalq, Kitab al-Uzlah Kitab Adab al-Safar Kitab al-Sama’ Kitab al-Amru bil Ma’ruf wa Nahy anil Munkar Kitab Adab al-Ma’isyah wa Akhlak al-Nubuwah. Rub’ul Muhlikat Berisi tentang penyakit hati. Ajaib al-Qalb Kitab Riadh al-Nafs Kitab Afat Syahwatain Kitab Afatul Lisan Kitab Afatul Ghadab wal Hiqd wal Hasad, Kitab Damm al-Dunya Kitab Dzamm al-Mal wal Bukhl Kitab Dammu al-Jah wa al-Riya’ Kitab Dzamm al-Kibr wal Ujub Kitab Dzamm al-Ghurur Rub’ul Munjiyat Berisi tentang budi pekerti mulia yang menyelamatkan seorang muslim. Kitab Taubah Kitab al-Shabr wa al-Syukr Kitab al-Khouf wa al-Raja’ Kitab al-Faqr wa al-Zuhd Kitab Tauhid wa Tawakkal Kitab al-Mahabbah wa al-Syauq wal Uns wa al-Ridha Kitab al-Niyyah wa al-Shidq wa al-Ikhlas Kitab al-Muraqabah wa al-Muhasabah Kitab al-Tafakkur Kitab Dzikri al-Maut _______ Sumber Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darul Fikr, Bairut, tt.
kisah dalam kitab ihya ulumuddin